FF “Stole My Heart (Chapter 7A)”

stole-my-heart-copy

| Title : Stolen My Heart ( Chapter 7A)|

| Author : rein aizawa (@reanatami) |

| Rating : PG-15 |

| Main cast : Do Kyung Soo , Park Min Hwa (OC) |

| Support Cast : EXO K & M member, Shin Ran Mi (OC) |

| Length : chaptered |

| Genre : Romance, Non Canon , Mystery, Gore, Hurt/Comfort,School Life(yah walaupun dikit) |

| Disclaimer : Ide FF ini murni hasil khayalan author sendiri dan beberapa teman author lainnya . Plagiarism? Just Out! |

|Credit : l.joo//bekey @INDOFanfiction|

Annyeong reader ^^ . Perkenalkan jeoneun rena imnida.. Butuh perjuangan yang besar buat nyelesain nih FF D: . Tapi syukur deh bisa selesai juga. Jadi mohon kritik dan sarannya yaaa . Pesan dari author DON’T BE SIDERS, OK?!

Chapter sebelumnya: Chapter 1 , Chapter 2 , Chapter 3 , Chapter 4, Chapter 5, Chapter 6

Cerita Singkat : 

Do Corporation adalah salah satu  group sekaligus perusahaan besar di Korea Selatan yang telah menjadi korban pembunuhan berantai . Ternyata Do Kyungsoo  anak ke-2 di keluarga Do ini bisa selamat dari  tragedi yang menimpa keluarganya. Ia yang masih kecil sama sekali tidak mengerti apa dan mengapa hal ini terjadi.  Hal terakhir yang bisa dia ingat setelah sadar hanyalah memori tentang orang tuanya yang dibunuh dengan kejam oleh sekumpulan orang jahat.  KyungSoo kecil pun bersumpah dan bertekad untuk membalaskan dendam keluarganya dan membuat orang yang telah melakukan semua ini merasakan kepedihan yang sama. Untuk membalaskan dendamnya , kyungsoo kecil pun rela di adopsi dan menjadi anak angkat dari Choi Jay Hyun , otak dari kasus pembunuhan keluarganya! Apakah kyungsoo  bisa membalaskan dendam keluarganya atau tidak? Untuk mengetahui kelanjutannya , check this out…!
Author POV

Terlihat beberapa orang sedang berkumpul di sebuah ruangan. Ruangan itu terkunci dengan rapat. Di ruangan itu, terdapat sebuah meja panjang dan beberapa kursi.

Tampak seseorang diantara mereka, sedang duduk santai sembari merokok. Kakinya ia naikkan ke atas meja, “Ehmm boss, apa langkah pertama yang harus kita lakukan?”

Orang yang sedang merokok itu pun menoleh ke arah pria yang barusan bertanya, “langkah pertama ya…”

“Hei kau, kemari..” si boss itu memanggil salah satu anak buahnya. “engg saya boss?” tanya salah satu dari mereka.

“ya kamu!” jawab si boss dengan nada kesal. Salah satu dari mereka pun maju kedepan, “ada yang bisa saya bantu boss?” tanyanya dengan hati hati.

“kau..aku minta kau awasi anakku! Apapun yang dia lakukan, kemanapun dan dengan siapapun dia pergi, jangan sampai pandangan matamu itu lepas dari sosok anakku, arraseo?” Si Boss itu menatapnya tajam. Nada bicaranya pun begitu serius.

“Maksud tuan Jay Hyun saya harus mengawasi Tuan Muda? Memangnya apa hubungannya tuan muda dengan misi kita kali ini?” Tanya bawahan Jay Hyun itu polos.

Kesal dengan anak buahnya yang cerewet itu, si boss pun menggebrak meja dengan keras, “Itu bukan urusanmu bodoh!”

Semua orang yang ada di ruangan itu terkecuali Jay Hyun, terkejut sekaligus takut dengan boss nya yang tiba tiba marah itu. Jay Hyun menatap seluruh anak buahnya dengan malas.

“Apalagi yang kalian semua lakukan disini eoh?!” Jay Hyun mendecak kesal. “Cepat pergi! Sebelum kalian yang aku bunuh.” Ancaman Jay Hyun barusan sukses membuat semua anak buahnya lari terbirit birit.

Setelah semuanya pergi, tampak pria tua itu melihat sebuah foto, “Park Min Hwa..hmm sepertinya aku bisa memulai aksiku darinya” Ternyata foto yang sedang dipegang oleh Jay Hyun adalah foto Min Hwa, anak bungsu dari Park Kun Hee.

“Tak lama lagi aku akan menjadi orang terkaya di Korea Selatan..Kun Hee, akan kuambil segala yang kau miliki, pria tua bodoh. Yak akan kuambil semuanya, akan kupastikan tak ada yang tersisa…”

~~00~~

Sebuah mansion besar nan mewah berdiri dengan megahnya di sebuah lahan yang cukup luas di wilayah Cheongdamdong. Mansion itu sepertinya milik sebuah keluarga konglomerat.Tapi jika dilihat dari luar, mansion itu terlihat  begitu sepi, seperti tak berpenghuni.

“Kau bisa memberhentikan mobilmu di depan sana” tak jauh dari tempat mansion itu berada, terlihat sebuah mobil yang dikendarai Ran Mi melaju ke arah mansion itu.

“Di depan gerbang besar itu?”

Geurae” Setelah mendapat pengarahan, Ran Mi langsung melajukan mobilnya. Semenit kemudian mobil Ran Mi akhirnya sampai di depan gerbang mansion itu.

Dari mobil itu keluarlah sesosok pria berusia 24 tahun dan seorang yeoja yang menggunakan syal merah.

Pria itu membuka bagasi mobil Ran Mi, “uh Luhan-ssi apa kau memerlukan bantuanku untuk mengangkat koper kopermu?” Tanya Ran Mi.

Gomawo ne, tapi aku bisa mengangkat semua koper ini sendiri” dikeluarkan satu per satu koper miliknya, “lagipula koper koper ini terlalu berat untukmu”

Tampak Luhan sesekali tersenyum saat berbicara dengan yeoja dihadapannya itu.

“Hei jangan meremehkanku,” “walaupun tubuhku kecil begini,aku adalah yeoja yang kuat” Ran Mi bertolak pinggang. Ia sempat cemberut saat Luhan meremehkannya.

“Kekekeke kau memang lucu Ran Mi-ssi” Pria itu terkekeh melihat tingkah Ran Mi.

Sebenarnya saat Luhan mengatakan Ranmi lucu, ia tidak menyadari jika wajah Ranmi memerah seketika. Ran Mi memperhatikan gerak gerik namja dihadapannya itu, ia tidak mengerti mengapa setiap Luhan tersenyum, jantungnya berdegup kencang tak karuan.

“Ah aku sudah selesai,” ucap Luhan sembari menutup kembali bagasi mobil Ranmi.

“Luhan-ssi apa kau tinggal sendirian di rumah sebesar ini” Pandangan Ranmi kini beralih ke mansion besar itu, “nde

Mendengar itu, ranmi mengangap tak percaya. Ia hanya bisa menelan salivanya.

Luhan melangkah mendekati Ranmi yang sedang asik melihat lihat halaman rumahnya yang luas, “Hei apa kau ingin mampir sebentar? Akan ku siapkan minuman untukmu, eh kau pasti haus kan?” tanya Luhan dengan suara yang lembut.

“A..aa tidak usah Luhan-ssi” elak Ranmi dengan suara agak gagap.

“Apa kau yakin?”

“A..aku benar benar yakin” Ranmi membuat lambang peace dengan jarinya, “hmm baiklah jika kau menolak” dilihat dari raut wajahnya, bisa dipastikan Luhan sedikit kecewa dengan jawaban dari yeoja manis dihadapannya itu.

Ranmi benar benar gugup saat ini, jika ia bertahan lebih lama disitu, pasti ranmi akan pingsan. Daripada pingsan, akhirnya yeoja itu memutuskan untuk pulang.

Ia pun berpamitan dengan Luhan yang sedang mengotak- atik hp-nya, “Luhan-ssi aku pamit dulu ne, sampai bertemu lain waktu” Ranmi memberanikan diri untuk menatap mata Luhan yang indah itu.

“Eoh chakkaman,  boleh ku minta no. hp mu?” saat ia menanyakan itu, mata Luhan berbinar binar, seakan akan ia sangat ingin bertukar no. hp dengan Ran Mi.

“Uh oh boleh saja sih, tapi untuk apa kau meminta no.hp ku?”

“Aku sangat ingin membalas kebaikanmu, jadi jika sewaktu waktu kau membutuhkan pertolonganku kau hanya perlu menghubungiku,eotteokeh?”

Omo apa ini kenyataan? Jika ia meminta no.hp ku berarti ini sama saja dengan ia ingin bertemu denganku lagi >///< , batin Ranmi.

Tanpa ba-bi-bu, Ran Mi langsung mengeluarkan hp bergantung hello kitty itu dari sakunya. Tampak Ranmi sempat memencet beberapa icon yang terpampang di layar hp-nya.

“ini dia nomor ku” Ucap Ranmi sumringah sembari menyerahkan hp-nya ke tangan besar Luhan .-.

Dengan cepat Luhan menyambar hp milik Ranmi. Jari jari tangan Luhan bergerak dengan cepatnya..hmm sepertinya ia sedang mengetik sesuatu.

Sepersekian detik kemudian, “Ini hp-mu, gomawo ne” Senyuman Luhan yang hangat itu kembali muncul di wajahnya yang tampan mempesona.

“Oh ya, aku sudah menyimpan nomor ku di kontak hp-mu Ranmi-ssi” Dengan seketika mata Ranmi membulat dengan besar, ia terlihat terkejut.

Jinjja?” Ranmi langsung membuka kembali hp-nya itu dan meng-click icon kontak. Tampak ia sedang mencari cari kontak di hp-nya yang bernama Luhan.

Engg..namanya berawalan abjad L ya, ah ayo dimana huruf L?!! Heh kok tidak ada..(?), batin Ranmi.

Ranmi mengangkat sebelah alis matanya, “Luhan-ssi apa kau yakin telah memasukkan nomormu ke kontakku? Kulihat tidak ada yang namanya Luhan disini…” Ranmi mencoba menge-check sekali lagi.

“Memang tidak ada” Mendengar itu dahi Ranmi mengerut. Tangannya pun berhenti bergerak di layar hp-nya, “heh?!”

Ranmi memperhatikan wajah Luhan lebih dalam lagi. Ia merasa ada yang aneh dari wajah namja dihadapannya itu, “Jika yang kau cari adalah nama Luhan, kau tidak akan menemukannya sebab…”

“Sebab apa?!” Tanya Ranmi penasaran.

etto..sebab..ehmm a..aku menyimpan nomorku di hp-mu dengan nama ‘sang namja’…” Tampak Luhan menutupi wajahnya dengan lengannya yang kekar.-.

Entah kenapa, Luhan merasa benar benar malu saat ini. Saking malunya, rona merah di pipinya  keluar, “ah begitu ya” Suara Ranmi melemah.

Penasaran dengan reaksi yang akan diberikan oleh Ranmi, Namja berkulit mulus itu memberanikan diri untuk menatap Ranmi walaupun hanya dari sudut matanya.

Sedetik kemudian, mata Luhan membelalak. Rona merah di pipinya semakin terlihat. Ia seakan tidak percaya dengan pemandangan dihadapannya kini.

Usul punya usul ternyata saat ini wajah Ranmi terlihat sangat imut. Setelah Luhan mengatakan ‘sang namja’ tadi, Ranmi pun menundukkan kepalanya. Wajahnya memerah sempurna dan juga kini Ranmi tersenyum.

Ranmi tersenyum karena menahan malu. Senyuman yang ditunjukkan Ranmi saat ini, membuat Luhan diam mematung tak berdaya. Manisnyaaa…,batin Luhan.

~~00~~

Luhan POV

Sedetik kemudian, mataku membelalak.  Ehh sepertinya pipiku ini memerah, Ya Tuhan apa aku sedang bermimpi?

Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku melihat ia tersenyum dengan indahnya. Kau Shin Ranmi! ahh kau ini memang wanita yang perfect untukku.

Manisnyaaa…,batinku.

Suasana canggung menyelimuti kami berdua, kurasa jantungku berdegup sangat kencang. Apakah Ranmi mendengarnya?

“ah Luhan-ssi” Oh dia memanggilku, “aku ingin pulang” Benarkah dia akan pulang? Aishh cepatnya..

“uhm silahkan, Ranmi-ssi gomawo ne untuk sebelumnya” Sebagai salam perpisahan, aku pun memberikan senyuman terbaikku untuknya.

Kulihat Ranmi mulai berjalan masuk ke dalam mobilnya, ia pun membuka salahsatu kaca pintu mobil, “aku pulang dulu ne, annyeong” Tampak ia melambaikan tangan mungilnya sambil tersenyum. Aku pun dengan senang hati membalas lambaiannya itu.

Ranmi langsung tancap gas setelah kami saling melambaikan tangan, tak lama mobil itu telah melaju meninggalkan kediamanku ini.

“Hahh..” Aku menghela nafas pelan. “Akhirnya aku bisa bertemu denganmu lagi Shin Ran Mi, kau sudah tumbuh dewasa ya. Hmm ..” Gumamku.

Kuambil hp-ku dari saku celana, “yoboseyo” kudengar suara dari ujung sana, itu bibi Jung.

yoboseyo, bibi Jung aku ada di depan rumah. Tolong bawakan koper koperku ini ne” Perintahku sesopan mungkin.

“Tuan sudah sampai?baiklah”

Nde, cepat ya, aku sudah kedinginan disini bi”

Pip!

Aku pun memutuskan sambungan teleponku. Tak lama setelah aku menelpon, beberapa pelayanku muncul dari dalam rumah. Mereka pun membawakan seluruh koperku ke dalam.

Diantara mereka tampak bibi Jung ikut, “Tuan apakah anda menunggu lama?” Bibi Jung terlihat khawatir, “aniyaa” jawabku lembut. Mendengar itu bibi Jung terlihat lega, sesaat kemudian kami pun mulai berjalan masuk kedalam rumahku yang besar.

Ah tidak ini bukan rumahku seutuhnya, tapi ini adalah rumah keluarga Do, keluargaku…

~~00~~
Minhwa POV

Tampak sesosok yeoja menyedihkan sedang duduk termenung sendiri di dalam kelas yang menyeramkan. Dihadapan kertas kertas yang menumpuk dengan tingginya, yeoja menyedihkan ini hanya bisa diam.

Yahh yeoja itu tak lain adalah aku, Park Min Hwa, “Aigoo, kenapa banyak sekali?!” Kuusap kepalaku ini dengan kasar pertanda bahwa minhwa yang menyedihkan ini benar benar sedang putus asa.

Appa jahat sekali, memberikanku dokumen sebanyak ini tanpa menjelaskan cara membuatnya menjadi sebuah laporan ;w;” Kutenggelamkan wajahku ke meja. Sudah 15 menit lamanya aku bersemedi di dalam ruangan terkutuk ini.

Sudut mataku bergerak, kulihat Baby-G ku “hemm sudah waktunya pulang”. Kupandang seluruh isi kelas, ya ampun kemana semua orang? Seharusnya jam segini minimal para kutu buku masih berkumpul di depan sana.

Apakah akunya saja yang terlalu niat untuk berdiam di dalam sini?ah sepertinya memang akunya saja yang kerajinan, gumamku dalam hati.

Lebih baik aku tidur saja, lagipula suasana kelas sedang mendukung. Setelah memutuskan untuk tidur, aku berencana untuk segera memejamkan mata. Tapi… semua rencanaku itu hancur seketika disaat….

“MINHWAAAAAA OMO NEO ODIGA?!!KYAA MINHWAAA..” Ahhhh sepertinya gendang telingaku akan pecah.

“Kyaa kau gila ya?! Kecilkan suaramu pabo!!” Kutatap malas Ranmi yang sedang berlari kearahku. Dia terlihat kegirangan -..-

Ranmi datang kepadaku dengan aura yang menjijikan, “Hei Minhwa ada yang ingin aku ceritakan padamu!” Ia langsung mengambil tempat duduk disampingku.

“Apa itu?”

“Kau tahu kemarin saat aku pulang, aku bertemu dengan seorang pangeran” Kulihat ia tersenyum senyum sendiri, “Dan kemarin kami saling bertukar nomor telepon! Kyaa aku memang wanita yang beruntung bisa dekat dengan pangeran setampan itu” Kini Ranmi memegang kedua pipinya yang chubby.

“Tunggu, bukankah kau pernah bilang jika hanya ada satu pangeran di dunia ini bagimu? Terakhir kali kau memanggil seseorang pangeran ehm saat…” Aku mencoba berpikir, yah walaupun sebenarnya itu adalah hal yang tak berguna.

“Memangnya siapa nama namja yang kau sebut pangeran itu?” Tanyaku.

“Namanya Luhan” Eh aku seperti pernah mendengar nama itu. Tapi dimana ya…Omo! Itu kan nama hyungnya dyo sunbae, sebentar jangan jangan..batinku.

“Ranmi-ah apa kau tahu marga dari pangeranmu?” Jika marganya memang itu berarti orang yang Ranmi temui adalah dia, “Uh kalo soal itu aku tidak tahu, aihhh seharusnya kemarin aku tanya nama lengkapnya” Tampak  yeoja disampingku memukul mukulkan kepalanya ke meja (?)

Ahh dia tidak tahu marganya ya, batinku.

“Hei ngomong ngomong selamat ne, Ranmi-ah. Akhirnya kau bisa jatuh cinta lagi” Ucapku asal.

“Oh apa aku terlihat seperti orang yang sedang jatuh cinta?!” Mata Ranmi membulat., “Yah begitulah”

Melihat Ranmi sedang tersenyum senyum sendiri , aku hanya bisa tertawa. Seru yah jika kita mempunyai sahabat yang selalu bisa membuat kita tertawa seperti ini.

“Ngomong ngomong Minhwa-ah, mengapa ada banyak kertas di mejamu?” Ranmi baru menyadarinya -,-.

“Biasa itu appaku” Jawabku lemas, “eh jangan bilang ini bahan untuk membuat laporan nanti? Cepatnyaa..” Sekarang sahabatku itu melihat satu persatu tumpukan kertas ini. Jujur aku sendiri belum mengintip satu halaman pun dari semua dokumen ini.

Hmm sepertinya Ranmi iri padaku, pasti dia belum menemukan calon narasumbernya nyahahaha, batinku.

“Heii Ranmi-ah, tampaknya kau belum menemukan satu perusahaan pun yang bersedia menjadi narasumbermu eoh?” Aku tersenyum menang. Mendapat pertanyaan macam itu, yeoja berambut hitam itu cemberut.

“ehh jangan bilang apa yang kukatakan adalah benar?” sindirku, “Berisik kau!” Aku tersenyum menang huehuehue.

“ya Minhwa-ah…”

mwo?”

“kemarin kau pulang dengan siapa eoh?” bbang! Ah bagaimana Ranmi bisa tahu jika aku pulang tidak dengan oppa. Aku harus jawab apa? Apa aku terus terang saja padanya jika namja yang bersamaku kemarin adalah Dyo, “etto…”

“aku.. kemarin..aku pulang bersama Dyo” Kupalingkan wajahku ke arah sudut kelas yang lain. Aku menjadi gugup begini, “HEEE APA KAU SERIUS?!”

Dengan keadaan pipi yang mulai memerah aku pun menjawab pertanyaan Ranmi dengan anggukan kecil.

Aigoo bagaimana ceritanya kalian bisa pulang bersama seperti itu?” Wanita ini kembali berbicara dengan suara yang kencang! Aishh…

“Kemarin disaat aku sedang duduk di taman, tiba tiba Dyo datang menghampiriku. Kami sempat berbincang bincang sebentar” Kutatap wajah sahabatku itu. Ya ampun dia mendengarkanku dengan sangat serius, bahkan matanya tidak mengedip!, “kemudian dia mengajakku untuk pulang bersama dan begitulah..”

“Aku tak menyangka kau menerima ajakannya” Yah Ranmi benar, aku sendiri tak tahu alasanku ingin pulang bersamanya kemarin sore, “Sepertinya Dyo sunbae bersikap agak berbeda dari biasanya”Pikir Ranmi.

Sambil menunggu hasil pemikiran Ranmi, tanganku ini mencoba mencari kegiatan yang bisa membunuh waktu luangku, yak dengan cara memainkan bolpenku ini. Kuputar kesana sini bolpen itu.

Karena kurang fokus, bolpenku itu terlepas dari pegangan jemariku. Kini bolpen merahku itu terjatuh ke bawah kursi.

“Ahh jatuh kemana ya..” Dengan terpaksa, aku harus membungkukkan badanku ini, “ehh kemana hilangnya bolpenku?” Mataku melirik kesana kesini untuk mencari bolpenku satu satunya.

Sibuk dengan kegiatan mencari bolpen, tiba tiba aku mendengar derap langkah seseorang. Siapa yang datang? Aihh mengapa aku malah memikirkan itu lebih baik aku fokus untuk mencari bolpenku. Tak jauh dari posisiku, mataku ini menangkap sosok seseorang yang berhenti di depanku. Orang itu tampak hendak mengambil sesuatu di dekat kakinya, Eh itu kan bolpenku!,batinku.

Namja dihadapanku itu mulai membungkukkan badannya. Sebentar dari postur tubuhnya, tampaknya aku kenal dengannya. Kusipitkan mataku ini dan ternyata…

“Apa ini bolpenmu?” Kutatap wajah namja itu, ia bertanya sembari menyodorkan bolpen yang baru saja ia ambil.

Suara itu…, “Nde.. dyo sunbae” Kutelan salivaku, tubuhku ini mematung seketika.Ya ampun apa benar kini yang ada dihadapanku adalah dyo?

Suasana canggung tiba tiba datang memenuhi ruang kelas ini. Aku sama sekali tidak menyangka jika dyo datang kemari, “gomawo ne…”aku tidak tau harus berkata apa arghh…

“Boleh aku duduk disini?” Tanyanya sembari menunjuk kursi yang sedang diduduki Ranmi. Apa maksudnya ia ingin duduk di tempat Ranmi?

“Hee kau mengusirku?!” Kulihat sahabatku itu melototi wajah dyo. Tapi tampaknya dyo hanya menjawab pertanyaan Ranmi dengan sebuah kedipan mata.

Apa yang barusan itu sebuah isyarat?,pikirku.

Ranmi yang pada awalnya tidak terima disuruh pindah oleh dyo, tiba tiba ia mengambil tasnya dan langsung pergi berjalan menuju keluar kelas

“dyo-ya manfaatkan sebaik mungkin ne!” Teriak Ranmi dari pintu kelas, tampak sahabatku itu melambai-lambaikan tangannya ke arah kami berdua.

Kini dyo dan aku duduk bersebelahan! Ya ampun mengapa Ranmi harus pergi, wajahnya pun langsung berubah jadi ceria begitu saja saat dyo mengedipkan sebelah matanya. Disaat Ranmi hendak pergi, aku buru buru berteriak, “Kyaa pabo, mau kemana kau?!”

“Aku akan pergi berburu namja tampan!kekeke…” Jawaban macam apa itu. Ishh Ranmi-ah jangan tinggalkan aku sendiri, “kau kerjakan saja laporanmu itu, lagipula sepertinya ada penolong disampingmu, kalau begitu aku pergi dulu ne, paii…” Ranmi menghilang seketika…

Sedetik setelah hilangnya Ranmi dari pandanganku, jantungku berdegup dengan sangat kencang, “ehmm…” Ahh aku bisa mendengar suara dyo yang lembut dari jarak sedekat ini.

“Kau sedang mengerjakan apa?”

“engg..itu aku berencana untuk ehmm…membuat sebuah laporan dari tumpukan kertas ini” Kuberanikan diriku untuk menatap mata lawan bicaraku ini. Kyaaa matanya indah sekali!, teriakku dalam hati.

Dyo hanya memanggut-manggut setelah aku menjawab pertanyaannya tadi, “mau kubantu?” Tanyanya sambil tersenyum.

Jinjja?!” Mataku membulat seketika disaat ada orang yang dengan sukarela mau membantuku. Ranmi benar ,jika disampingku ini ada penolong. Wajahku berubah menjadi ceria.

“Tentu saja” Tangan dyo mulai mengambil satu per satu kertas kertas itu kemudian ia membacanya, “Bagian mana yang tidak kau mengerti?”

~~00~~

Kyungsoo POV

Di sebuah ruang kelas yang luas ini, tampak dua sosok mahasiswa sedang duduk bersama. Bisa dilihat jika kedua orang itu sedang mengerjakan sebuah tugas.

Yah sudah setengah jam lamanya aku dan Minhwa berdekatan seperti ini, “Aigoo kau sangat hebat dyo-ya” yeoja disampingku ini menepuk nepuk kedua tangannya sebagai tanda apresiasi darinya untukku.

Entah kenapa aku merasa sangat nyaman dengan keadaanku saat ini. Mungkin aku bisa senyaman ini karena setelah 8 tahun lamanya akhirnya aku bisa berbicara dengan yeoja yang telah memberikan kenangan indah tak terlupakan pada diriku.

Jeongmal? Kekeke aku tidak sehebat itu” hmm Minhwa apa dia masih ingat dengan kalung ini ya..? Tanpa sepengatahuan Minhwa, aku mengeluarkan kalung berliontin cincin yang selama ini kusimpan.

Kutatap lekat lekat liontin cincin itu, apa aku harus menunjukkan ini kepadanya?,pikirku dalam hati.

Ah sebaiknya tidak.  Ini bukan saat yang tepat untuk Minhwa mengetahui siapa aku sebenarnya.  Lebih baik jika untuk saat ini Minhwa masih menganggapku sebagai Choi Kyungsoo bukan Do Kyungsoo.

Flashback~

 

Waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi, sebentar lagi aku ada kelas hahh..Entah kenapa rasanya aku malas sekali untuk pergi ke kampus hari ini.

Lagipula kepalaku masih terasa sakit. Sakit karena memikirkan keadaan keluarga Park Minhwa, yeoja yang seharusnya menjadi milikku.

Sejak aku mengetahui jika keluarga Minhwa akan menjadi korban dari ayah tiriku selanjutnya, aku tidak bisa tidur. Semalaman aku memikirkan cara bagaimana agar mereka selamat dari jebakan ayah tiriku.

Aku tidak ingin Minhwa mengalami hal yang sama denganku ketika 8 tahun yang lalu, “Tuan Muda, ini aku Xiumin” terdengar dari luar suara seseorang mengetuk pintuku, Baozi itu datang.

Aku yakin pasti kini penasihat pribadiku itu sedang khawatir dengan keadaanku. Bagaimana tidak, semalam aku membanting pintu kamar dihadapannya. Jujur pada saat itu aku sudah tidak bisa berpikir apa-apa lagi.

Semuanya menjadi kelam.

Kulihat Xiumin masuk kedalam membawa sarapanku, “Tuan Muda sarapan dulu ne, aku sangat khawatir padamu sebab sampai saat ini kau belum mau memakan sarapanmu” Ujar Xiumin.

Memang sejak tadi aku belum makan sedikitpun. Kuambil segelas susu yang dibawa oleh baozi itu, “Apa yang akan kau lakukan untuk saat ini?” Mendengar itu ku menghela napas sembari meletakkan gelas susu yang telah kosong itu.

“Untuk saat ini..” Kubangkit dari posisiku, kakiku bergerak menuju meja belajar yang terletak di sudut kamar, “Aku tidak akan jauh jauh dari sisinya” Ucapku singkat sembari mengambil kacamata hitam.

“Begitu…”

“Lalu kapan kau akan memberitahukan identitas aslimu padanya?” Xiumin menatapku dengan serius.

“Jika aku menemukan saat yang tepat tentunya, ehmm tapi mungkin aku tidak akan memberitahukan siapa aku sebenarnya pada Minhwa” Nada bicaraku melemah.

“Waeyo?” Xiumin terlihat terkejut dengan pernyataanku, “aku merasa..kalau aku tidak pantas memperkenalkan diriku dihadapannya setelah mengetahui jika aku adalah anak dari seorang pembunuh”jelasku.

“Tapi kau bukan anak kandungnya..”

“Walaupun aku hanya anak angkat tetapi sejak aku bergabung dalam keanggotaan keluarga ini, aku menganggap jika image buruk ayah tiriku itu ikut menempel padaku” ah kenapa Xiumin harus membahas hal ini, membuatku pusing saja.

“Selama kau tidak bersikap seperti Tuan Besar dan selama aib keluarga ini tidak terbongkar aku rasa kesan buruk itu tidak akan terlihat dari dalam dirimu” Aku tau jika saat ini kau mencoba menghiburku, tapi itu sia sia.

“Ah sudahlah, jangan membicarakan hal ini lebih lanjut. Yang jelas mulai dari sekarang aku akan menjadi perisai bagi Minhwa, akan kulindungi dia tetapi secara tidak langsung tentunya”

 

Flashback end~

 

“Dyo-ya..”, tampak Minhwa melambai lambaikan tangannya di depan wajahku, “haloo apa ada orang di dalam sana?!” Suara Minhwa barusan meng-interupsiku.

“Eoh ah iya” Ya ampun ternyata tadi aku melamun. Hahh..kupijat dahiku ini dengan tangan kananku, aigoo kepalaku masih terasa pusing.

“Dyo-ya..” Dia memanggil namaku lagi. Kuangkat sedikit wajahku, “Mwo?”

Wajah Minhwa berbeda dari biasanya, matanya membulat dengan besar, mulutnya terlihat kaku, ekspresi yang ia tunjukkan saat ini seolah olah ia sangat tidak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini.

Apa ada yang salah dengan wajahku?,Ah sepertinya bukan itu.

“Dyo-ya..” Minhwa mengangkat sebelah tangannya, ia menunjuk kearahku? ,“kk..kau dd..dapat kalung itu..darimana?” Tanyanya dengan gemetaran.

Eh kalung?Kalung yang mana?…Tunggu jangan jangan..!!

TBC~

 

Halo chingu kkk ketemu lagi nih ama author  – w – oh ya sebelumnya author minta maaf ya kalau ff stole my heart ini sempet ga update berminggu” ah bahkan sebulan >>> bukan sempet kali neng dah sering ngaret juga lu #plakk

yah intinya author minta maaf kalau setiap update ff stole my heart ini ngaretnya keseringan. Semoga kalian masih suka baca ff aku ya ;w;

author harap moga chapter ini ga terlalu jelek, dan satu lagi pesan dari author jangan lupa tinggalkan jejak, baik itu berupa comment ataupun like. Don’t be siders, arraseo?

2 respons untuk ‘FF “Stole My Heart (Chapter 7A)”

Tinggalkan komentar